TB Tulang dan Pengapuran Menundukan Kami Sekeluarga (1)

Tulisan ini sedikit menceritakan tentang Ibu kami yang menderita penyakit TB Tulang (di awal November 2016) dan Pengapuran (diakhir 2015).

Diawal 2016 dan akhir 2015, mungkin tahun-tahun dimana kami keluarga mengalami proses untuk berpikir, “Mandiri! Ibu akan pensiun dan kita harus Mandiri!”.

Kenapa harus mandiri? kita yang walaupun sudah berkeluarga semua, sudah memiliki anak kadang masih jadi tanggungan orang tua. Saya yakin, beberapa orang ataupun teman pembaca yang sudah berkeluarga kadang masih meminta bantuan ke orang tua.

Karena hal itulah kami bertiga saudara untuk mulai mandiri. Ibu awal Februari 2016 akan pensiun dari pekerjaan nya di Suzuki dan kita akhir tahun 2015 sudah ancang-ancang untuk mandiri.

Pengapuran lalu hadir menyapa Ibu kami di akhir 2015, beberapa kali ibu merasakan sakit di kaki kirinya. Kami akhirnya membawa Ibu ke rumah sakit dan terdeteksi Pengapuran tulang. Dengan kaki yang sakit dan berjalan agak pincang, Ibu masih terus melanjutkan kerjanya di kantor.

Sampai akhirnya, Februari 2016 Ibu lepas dari kantornya. Kami sebagai anak bersyukur bersama dengan bangga memiliki seorang Ibu yang bekerja untuk anak-anaknya sendiri. Sendiri jalan saat anak-anaknya belum paham apa itu kerja keras, apa itu “everything” untuk anak waktu kami dulu masih kecil. Sampai anak-anaknya berkeluarga, Dia masih saja menyokong kehidupan anak-anaknya. Luar biasa.

Setelah pensiun, kondisi fisik Ibu semakin turun. Sering sakit, kaki kiri yang pengapuran pun jadi kesakitannya yang amat sakit dirasa. Kita sebagai anak pun alhamdulillah akur dan saling komunikasi untuk mensupport Ibu agar selalu sehat. Kita ajak ibu ke rumah sakit, ke tempat terapi dan pengobatan alternatif.

Sampai di awal November 2016, saya kaget yang luar biasa. Ibu tidak bisa bangun dari tempat tidurnya di rumah Babelan. Dia merasakan sakit yang luar biasa di punggung belakang. Sudah diurut dan minum obat namun tidak mempan. Dan akhirnya kami bawa Ibu dalam keadaan tidak bisa bangun ke Rumah Sakit Mitra Timur.

Ibu dirawat sepekan lebih, kami menunggunya agar segera sehat. Lagi-lagi, kami kompak. Gantian menjaga Ibu di rumah sakit walaupun kita sudah berkeluarga. Sudah memilik masalah masing-masing.

Beberapa terdengar oleh kami, ada tetangga yang orang tuanya sakit sampai-sampai sempet bertengkar karena tidak ada yang mau mengalah untuk menjaga orang tuanya. Saya bersyukur, kami dididik oleh Ibu untuk kompak.

Kondisi Ibu saat dirawat di Mitra semakin membaik, saya dan kakak kedua sebagai lelaki waktu itu dipanggil oleh dokter syaraf dan bedah. Dokter bilang bahwa ibu terkena TB Tulang Belakang.

TB bukan penyakit yang asing bagi saya, karena anak ketika usia 1 tahun terkena TB juga. Namun saya kaget kok TB bisa menyerang Tulang Belakang ya..

Dokter lanjut menjelaskan, virus TB ini sudah menggambil/menggragoti beberapa tulang belakang Ibu sampai akhirnya ibu merasakan sakit yang luar biasa karena beberapa tulang bolong termakan virus TB tersebut.

Sambil menunjukan hasil MRI, dokter menjelaskan bahwa kami hanya punya 2 solusi untuk menghilangkan virus TB tersebut. Solusi pertama adalah operasi tulang belakang untuk mengambil virus tersebut. Namun dokter mengatakan ini perlu biaya kisaran 200-400jt dan operasi ini pun 50:50, karena operasi tulang belakang itu operasi besar dimana syaraf-syaraf manusia ada di tulang belakang. Dia melanjutkan, beberapa ada yang sukses sampai bisa jalan kembali, namun ada juga yang sampai tiada. Saat itu, kami berdua kaget dokter mengatakan hal tersebut.

Kami lanjut dan bertanya, solusi kedua apa dok?

“Solusi kedua ini saya angkat tangan (dokter bedah), Ibu harus minum obat pereda sakit dan penghilang virus TB”

Dengan kedua solusi tersebut, kita berdua saat itu bingung. Kami berdiskusi kembali dengan kakak pertama, lalu mengambil jalan untuk meminum obat pereda sakit dan penghilang TB dahulu dan mengajak Ibu untuk pulang dari Rumah Sakit dan tinggal di Ampera untuk sementara karena kondisi ibu semakin membaik namun belum bisa duduk lama apalagi jalan.
(berlanjut insyallah)

Penulis: Martin Adiputra

Software Engineer

Satu komentar pada “TB Tulang dan Pengapuran Menundukan Kami Sekeluarga (1)”

Silahkan Komentar...

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.