Keutuhan Tim Lebih Utama?

Saya ada pengalaman dulu ketika bekerja di salah satu perusahaan, saya meminta waktu freelance padahal waktu itu saya sudah terikat bekerja fulltime di perusahaan tersebut. Pemilik perusahaan tersebut menasehati saya untuk bekerja untuk tim dan perusahaan dibanding keuntungan pribadi saja.

Awalnya saat itu saya dapat tawaran mengerjakan proyek di salah satu Mall ternama di Karawang. Saya ada 3 hari tidak masuk kerja untuk meeting dengan pengurus Mall disana. Sampai di Kantor, saya diskusi dengan pemilik perusahaan dan saya menyampaikan sejujurnya jika ada proyek dan kebutuhan saya sangat tinggi untuk proyek ini.

Saya sampaikan ke pemilik perusahaan, “Mas, saya minta izin untuk tidak bisa bekerja secara fulltime, mungkin sepekan hanya 1-2 hari ke kantor karena sedang mengerjakan proyek untuk kebutuhan istri yang ingin melahirkan dalam beberapa bulan kedepan.

Pemilik perusahaan bilang, “Kok begitu Di, loe ada masalah keuangan keluarga loe kenapa gak ngomong ke gw, kita kan keluarga disini, kalo ada apa-apa ngomong aja dulu. Sampe-sampe loe gw telp gak diangkat, gw kurang perhatian apa gitu sama tim disini.

Saya kaget, beliau bukan memarahi saya tapi mengatakan kalau kita disini sebagai keluarga, satu kesatuan yang erat untuk ngebangun usaha bareng-bareng, produk yang bisa laku dan untung..untuk kita, keluarga di perusahaan.

Kekeh saya ingin tetap mengambil proyek karena butuh, saya katakan ke pemilik perusahaan, “Mas, biar sama-sama enak, mas seneng dan saya juga seneng, gemana kalau gaji saya tidak apa-apa diturunkan, setengah gaji saja mas, karena saya bener butuh.

Pemilik perusahaan bilang, “Gak di, loe sekarang mau tetep jadi keluarga kita atau OUT, terserah loe. Tapi gw gak pengen ada tim disini yang mood ilang, ngerusak suasana tim, ‘si Adi enak bener kerja jarang masuk, setengah hari, dll’. Gw cuma jaga feel kantor biar kondusif. Suasana kantor selalu happy. Gw harap loe masih tetep disini.

Saya pikir bener juga, tapi apa daya waktu itu bener lagi butuh duit untuk persiapan istri melahirkan. Saya diam mencari solusi lain. Gak lama pemilik bilang ke saya, “Gini aja, kita kan mau ada sistem reimburst sakit jika karyawan sakit, ini termasuk buat bini dan anak Di, jadi Loe tenang aja ada tambahan dari perusahaan untuk bantu, dan satu lagi, karena loe udah 3 bulan lebih kerja disini, gw naikin gaji loe ya..mudah-mudahan cukup buat tabugan loe dan bini. Gmn?

Lanjut lagi, “Udah Loe ambil solusi ini aja, fokus kerja, fokus ke kita lagi, fokus ke keluarga kita lagi ngebangun produk“.

Karena tidak ada solusi lain, akhirnya saya ambil solusi ini. Melepas proyek yang puluhan juta di depan mata untuk kembali ke keluarga, di perusahaan ngebangun produk bersama.

Satu pelajaran untuk programmer yang banyak freelance saat bekerja fulltime di perusahaan. Keutuhan tim lebih utama dibanding WAH pribadi. Dan suasana happy di tim lebih utama untuk membuat produk, jangan merusak suasana tersebut karena urusan pribadi.

Belum lama ini saya mengalaminya, ada beberapa tim yang tidak fokus, jarang masuk, telat masuk, kerjaan gak selesai-selesai. Lebih parah lagi, pemilik tidak sadar kalau kondisi suasana tim tidak happy. Jika salah satu karyawannya mulai tidak happy, tidak ada perasaan memiliki ke produk, tinggal nunggu kapan produk hancur.

Pelajaran buat pemilik, menjaga happy karyawan itu lebih penting, jika karyawan tidak mau ikut aturan tim, ajak kembali ikut aturan atau out saja. Kasih solusi yang terbaik. Jangan korbankan tim lain yang fokus dan happy dengan produknya. Karena yakin, tim yang happy akan merasakan tidak adil jika ada karyawan yang diluar aturan tim.

Semoga pengalaman ini bisa bermanfaat.

Penulis: Martin Adiputra

Software Engineer

Silahkan Komentar...

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.